Haldien Arundyna

dan aku mulai bertanya dalam hati ku sendiri sudahkah dia tidak mencintai aku

Selasa, 14 Juni 2011

Askep leukimia



 1.1.      PENGERTIAN
                   Leukemia merupakan penyakit neoplastik yang ditandai adanya proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoitik (Sylvia anderson, 1995). Leukimia merupakan penyait maligna yang disebabkan abnormal overproduksi dari tipe sel darah putih tertentu, biasanya sel-sel imatur dalam sumsum tulang. Karakteristi dari leukimia adalah sel-sel yang abnormal, tidak terkontrolnya proliferasi dari suatu tipe sel darah putih seperti granulosit, linnfosit, monosit.
1.2.      ETIOLOGI LEUKIMIA
·         Tidak diketahui penyebabnya.
·         Genetik, pada kembar monozigot, syndrome down, insidennya lebih tinggi
·         Zat kimia (Benzene, arsen, loromfenikol, fenilbutazon dan agen anti neoplastik)
·         Radiasi dan kemoterapi
·         Defisiensi immune primer
·         Infeksi virus
1.3.      KLASIFIKASI LEUKEMIA
Berdasarkan perbedaan tipe luekema diedakan menjadi dua yaitu:
1.      Leukemia akut
Leukemia akut mempunyai kejadian yang cepat dengan tipe yang progresif, dimana pasien dapat meninggal beberapa hari atau beberapa bulakn jika tidak diobati.
Menurut french-American-British (FAB), leukemia akut terdiri dari Leukimia Limfoblastik akut (LLA) dan Leukemia Myeloid Akut (LMA)
a.       Leukemia Limfobasilik Akut (LLA)
Adanya kerusakan pada limfoid dengan arakteristik proliferasi sel limfoid imatur pada sumsum tulang. Limpadenopati, hepatosplenomegali dan gangguan susunan saraf pusat dapat terjadi pada jumlah leuosit sampai dengan 100.000/mm3.
Secara morfologis LLA dibagi menjadi 3 yaitu:
·         L1 : jenis LLA yang paling banyak pada masa anak-anak, sel limfoblas kecil-kecil.
·         L2 : LLA pada orang dewasa, sel lebih besar, inti ireguler, populasi sel heterogen.
·         L3 : sel-sel besar, populasi sel homogen.
b.       Leukemia Myeloid Akut (LMA)
Pada leukemia jenis ini terjadi erusakan dalam pertumbuhan dan pematangan sel  megakariosit, monosit, granulosit dan eritrosit. Prognosisnya dalam jangka panjang biasanya jelek.
Menurut FAB, LMA terdiri atas:
·         M1                : Myelositik leukkemia akut tanpa diferensiasi
·         M2                : Myelositik leukemia akut dengan diferensiasi
·         M3                : Promyelositik leukemia akut
·         M4                : Myelomonositik leukemia akut
·         M5                : Monositik leukemia  akut dengan deferensiasi
·         M5A             : monositik leukemia akut tanpa diferensiasi
·         M6                : Eritroleukemia
(Sumber : Joan Luckmann, 1987)
2.      Leukemia kronis
Leukemia kronis terdiri dari:
a.       Leukemia Myelogenus Kronik (LMK)
Terjadi akibat kerusakan murni di pluripotent stem cell. Pada pemeriksaan darah perifer ditemukan juga adanya leukositosis dan trobositosis. Ditemukan juga adanya peningkatan produksi dari granuosit seperti netropil, eosinofil dan basofil.
b.       Leuemia Lympositik Kronik (LLK)
Karakteristik leukemia jenis ini adalah adanya proliferasi awal linfosit B. Hasil pemeriksaan darah perifer ditemukan penngkatan jumlah sel limfosit baik matur maupun imatur. Peningkatan jumlah limfosit akan menfiltrasi kelenjar limfe, hati, limpa dan sumsum tulang. Perkembangan penyakit ini mulai stage 0  - IV sampai dengan 5 tahun.
1.4.      PATOFISIOLOGI
                   Leukemia mempunyai sifat khas proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Ada dua masalah terkait dengan sel leukemia yaitu adanya overproduksi dari sel darah putih, kedua adanya sel abnormal atau imatur dari sel darah putih, sehingga fungsi dan strukturnya tidak normal. Produksi sel darah putih yang sagat meningkat akan menekan elemen sel darah yang lain seperti penurunan produsi eritrosit mengakibatkan anemia, trombosit menjadi menurun mengakibatan trombositopenia dan leukopenia dimana sel darah putih yang normal menjadi sedikit. Adanya trombositopenia mengakibatkan mudahnya terjadi perdarahan dan keadaan leukopenia menyebabkan mudahnya terjadi infeksi. Sel-sel kanker darah putih juga dapat menginvasi pada sumsum tulang dan periosteum yang daat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan nyeri tulang. Disamping itu infilrasi keerbagai organ seperti otak, ginjal, hati, limpa, kelenjar limfe menyebabkn pembesaran dan gangguan pada organ terkait.



patway
Etiologi
proliferasi sel tidak teratur/akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang
  menggantikan elemen sumsum tulang normal sel leukemia

overproduksi dari sel darah putih                 imatur dari sel darah putih

penurunan produKsi eritrosit                           leukopenia







 

                                                                                mudahnya terjadi infeksi
Sel-sel kanker darah putih                   trombositopenia
                                                periosteum
perdarahan    
menginvasi pada sumsum tulang

·         menjadi rapuh
·         nyeri tulang
 
                                                                                            
                                                                                                             infiltrasi keberbagai organ seperti
                                                                                                                   otak, ginjal, hati, limpa,
                                                                                                  
                                                                                         kelenjar limfe menyebabkn pembesaran dan                                                                                            gangguan pada organ terkait.

1.5.      PENATALAKSANAAN
          Penatalaksanaan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan penyakit penyerta.
1.       Radioterapi dan Kemterapi, dilakukan etika sel leukemia sudah terjadi metastasis.kemoterapi dilakukan juga pada fase induksi remisi yang bertujuan  mempertahankan remisi selama mungkin.
2.       Terapi modlitas, untu mencegah komplikasi, karen adanya pansitopenia, anemia, perdarahan, infeksi. Pemberian antibiotik  dan mungkin transfusi dapat diberikan.
3.       Pencegahan terpaparnya mikroorgansme dengan isolasi
Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan limphoma, anemia aplastik.
1.6.      Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
a.      Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
b.      Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
c.       Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d.      Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
e.      Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
f.        Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
g.      Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).

1.7.      Gambaran Klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a)     Pilek tidak sembuh-sembuh
b)     Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c)      Demam dan anorexia
d)     Berat badan menurun
e)     Ptechiae, memar tanpa sebab
f)       Nyeri pada tulang dan persendian
g)     Nyeri abdomen
h)     Lumphedenopathy
i)       Hepatosplenomegaly
j)       Abnormal WBC  (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LEUKEMIA
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994)
Pengkajian pada leukemia meliputi :
1.       Riwayat penyakit
2.       Kaji adanya tanda-tanda anemia :
a)      Pucat
b)     Kelemahan
c)      Sesak
d)     Nafas cepat
3.       Kaji adanya tanda-tanda leucopenia
a)      .Demam
b)     Infeksi
4.       Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
a)       Ptechiae
b)     Purpura
c)      Perdarahan membran mukosa
5.       Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
a)      .Limfadenopati
b)     Hepatomegali
c)      Splenomegali
6.       Kaji adanya :
a)      Hematuria
b)     Hipertensi
c)      Gagal ginjal
d)     Inflamasi disekitar rectal
e)       Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 17)

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa pada anak dengan leukemia adalah :
1.       Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.       oleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3.       Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosiT
4.       Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5.       Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
6.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7.       Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
9.       Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10.   Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.
11.   Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
4. Rencana keperawatan
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L,2004 )
1.       Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
A.      Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
B.       Intervensi :
a)                        Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b)                       Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
c)                        Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
d)                       Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
e)                        Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
f) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
g)                        Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
h)                       Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

2.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
A.      Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
B.      Intervensi :
a)      Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b)     Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
c)      Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervens
d)     Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
3.       Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
A.      Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
B.      Intervensi :
a)      Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
b)     Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
c)      Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
d)     Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
e)      Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
4.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas
A.      Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
B.      Intervensi :
a)      Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
b)     Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
c)      Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
d)     Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
e)      Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
f)       Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MULTIPEL MIELOMA

1.1.1.     PENGERTIAN
                    Mieloma Multipel adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih.
1.1.2.     ETIOLOGI
1.       Faktor genetik pada orang amerika keturunan afrika lebih banyak terjadi dibandingan keturunan asia
2.         Fator lingkungan dan pekerjaan misalnya terpapar industri petrokimia,inssektisida, industri asbes
3.         Terpapar radiasi seperti terjadi pada bom atum di jepang angka kejadiannya sangat meningkat
4.         Sistem imun

1.1.3.     PATOFISIOLOGI
                   Factor penyebabnya tidak diketahui,namun kemungkinan terait dengan fator penuaan, infeksi, alergi obat, terpapar zat-zat toksik dan radiasi.
Pada multipel mieloma sel-sel plasma berproliferasi dengan cepat dalam sumsum tulang dan berkaitan dengan osteoklas activiting factor sehingga berakibat pada peningatan pemecahan sel-sel tulang. Keadaan ini mengaibatan pelepasan kalsium-kalsium dalam tulang meningkat dan terjadi pengeroposan tulang serta terjadi hiperkalsemia. Kerusakan tulang dapat terlihat secara spesifik adanya “punched out” pada tulang belakang, tengorak, iga, pelvis, femur, klafikula maupun skappula, dimana sangat beresiko kompresi pada medulla spinalis yang mengakibatkan terjadi kelumpuhan serta gejala neurologis lainnya.
Pada multipel mieloma juga terdapat protein Bence jones yang dapat merusak tubulus ginjal, sehingga mengakibatkan gagal ginjal. Adanya hiperkalsemia dan peningkatan asam urat akibat pergantian sel plasma makin menimbulan resiko batu ginjal dan kerusakan ginjal.
Pembentukan immunoglobulin abnormal secara berlebihan pada MM akan menekan sistesis iimunoglobulin normal sehingga resiko infeksi semakin besar. Disisi lain peningkatan immunoglobulin juga mengakibatkan peningkatan viskositas darah yang kemudian menyebabkan manifestasi nyeri kepala, mudah marah dan gangguan vasuler lainnya. Produksi sel-sel plasma yang berlebihan juga akan menekan produksi dari sel-sel darah seperti eritrosit, leukosit dan trombosit, akibatnya pasien mengalami anemia, resio infeksi skunde dan resiko perdarahan. 

PATWAY
Fator penuaan, infeksi, alergi obat, terpapar zat-zat toksik dan radiasi.


 

sel-sel plasma berproliferasi dengan cepat                        


 



Produksi sel-sel plasma yang                    pemecahan sel-sel tulang                           Pembentukan                        
immunoglobulin
akibatnya pasien mengalami anemia,       hiperkalsemia                                                abnormal
resiko infeksi skunder                 
dan resiko perdarahan.                                pelepasan kalsium-kalsium dalam tulang

pengeroposan tulang
               
                                                                                                                resiko infeksi semakin besar
 

nyeri kepala, mudah marah dan gangguan vasuler lainnya



1.1.4.        MANIFESTASI KLINIS
Ø  Adany nyeri tulang pada pelvis, tuang belakang, iga, femur, dn tanda-tanda fraktur patologis akibat infiltraasi sel-sel plasma, menngkatnya “osteoclast activating factor” yang menstimulus penhancuran tulang.
Ø  Infeksi. Infeksi yang sering terjadi adalah pneumonia dan pyelonefritis. Kuman patogen pada pneumonia disntaranya S Pneumoniae, S Aureus dan K Pneumoniae, sedangkan kuman penyebab pyelonefritis adalah E Coli dankuman gram negatif lainnya. Meningkatnya resiko infeksi disebabkan karena menurunnya immun akibat hipogammaglobulinnemia, dimana terjadi penurunan produsi dan meningkatnya kerusakan antibodi.
Ø  Gagal ginjal. Gagal ginjal dapat berkembang baik akut maupun ronik, umumnya disebaban karena hiperkalsemia, kerusakan tubular, hiperurikemia, infeksi ginjal dan infiltasi lokal sel tumor.
Ø  Anemia, disebabkan karena infiltrasi sel umor dalam sumsum tulang yang mengakibatnan penurunan produksi sel darah merah.
Ø  Gejala neurologi, diantaranya kelemahan, keletihan, penurunan kesadaran, nyeri kepala, perubahan penglihatan, retinopati. Jika terjadi kompresi sumsum tulang belakang akibat kerusakan tulang belakang dapat mengakibatkan kelumpuhan dan kehilangan kontrol bowel dan bladder.
Ø  Hiperviskositas sepertidanya nyeri kepala, stoke,iskemia miokardiak.
Ø  Perdarahan, seperti ekimosis, purpura karena trombositopenia.
Ø  Hiperkalsemia menyebabkan anoreksia, mual, muntah, konstipasi, nyeri abdomen, illeus dapat berkembang pada egagalan fungsi ginjal.
1.1.5.        Penatalaksanaan yang bisa diberikan:
a.       Obat pereda nyeri (analgetik) yang kuat dan terapi penyinaran pada tulang yang terkena, bisa mengurangi nyeri tulang.
b.       Penderita yang memiliki protein Bence-Jones di dalam air kemihnya harus bayak minum untuk mengencerkan air kemih dan membantu mencegah dehidrasi, yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
c.       Penderita harus tetap aktif karena tirah baring yang berkepanjangan bisa mempercepat terjadinya osteoporosis dan menyebabkan tulang mudah patah. Tetapi tidak boleh lari atau mengangkat beban berat karena tulang-tulangnya rapuh.
d.       Pada penderita yang memiliki tanda-tanda infeksi (demam, menggigil, daerah kemerahan di kulit) diberikan antibiotik.
e.       Penderita dengan anemia berat bisa menjalani transfusi darah atau mendapatkan eritropoetin (obat untuk merangsang pembentukan sel darah merah). Kadar kalsium darah yang tinggi bisa diobati dengan prednison dan cairan intravena, dan kadang dengan difosfonat (obat untuk menurunkan kadar kalsium). Allopurinol diberikan kepada penderita yang memiliki kadar asam urat tinggi.
f.        Kemoterapi memperlambat perkembangan penyakit dengan membunuh sel plasma yang abnormal. Yang paling sering digunakan adalah melfalan dan siklofosfamid. Kemoterapi juga membunuh sel yang normal, karena itu sel darah dipantau dan dosisnya disesuaikan jika jumlah sel darah putih dan trombosit terlalu banyak berkurang. Kortikosteroid (misalnya prednison atau deksametason) juga diberikan sebagai bagian dari kemoterapi.
g.       Kemoterapi dosis tinggi dikombinasikan dengan terapi penyinaran masih dalam penelitian. Pengobatan kombinasi ini sangat beracun, sehingga sebelum pengobatan sel stem harus diangkat dari darah atau sumsum tulang penderita dan dikembalikan lagi setelah pengobatan selesai. Biasanya prosedur ini dilakukan pada penderita yang berusia dibawah 50 tahun. Pada 60% penderita, pengobatan dapat memperlambat perkembangan penyakit. Penderita yang memberikan respon terhadap kemoterapi bisa bertahan sampai 2-3 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Kadang penderita yang bertahan setelah menjalani pengobatan, bisa menderita leukemia atau jaringan fibrosa (jaringan parut) di sumsum tulang. Komplikasi lanjut ini mungkin merupakan akibat dari kemoterapi dan seringkali menyebabkan anemia berat dan meningkatkan kepekaan penderita terhadap infeksi.

1.1.6.        PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Laboratorium
    Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus. Jumlah leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada sekitar 15% pasien yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan darah tepi jarang mencapai 5%, kecuali pada pasien dengan leukemia sel plasma. Formasi Rouleaux ditemukan pada 60% pasien. Hiperkalsemiadite mukan pada 30% pasien saat didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang didiagnosis akan mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien menunjukkan proteinuria, sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang dikonfirmasi dengan imunoelektroforesis atau imunofiksasi.
  2. Radiologi
1. Foto Polos X-Ray
Gambaran foto x-ray dari multipel mieloma berupa lesi multipel, berbatas tegas, litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang belakang, dan pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir sama. Lesi lokal ini umumnya berawal di rongga medulla , mengikis tulang cancellous, dan secara progresif menghancurkan tulang kortikal. Sebagai tambahan, tulang pada pasien mieloma, dengan sedikit pengecualian, mengalami demineralisasi difus. Pada beberapa pasien, ditemukan gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan radiologi. Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami kelainan tulang. Film polos memperlihatkan:
1.       Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekular tulang, terutama tulang belakang yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum pada jaringan mieloma. Hilangnya densitas tulang belakang mungkin merupakan tanda radiologis satu-satunya pada mieloma multiple. Fraktur patologis sering dijumpai.
2.       Fraktur kompresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan dengan osteoprosis senilis.
3.       Lesi-lesi litik “punch out” yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.
4.       Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks , menghasilkan massa jaringan lunak.
Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut ditemukan pada suatu penelitian yang melibatkan banyak kasus : kolumna vertebra 66%, iga 44%, tengkorak 41%, panggul 28%, femur 24%, klavicula 10% dan scapula 10%.
2.    CT-Scan
CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada mieloma. Namun, kegunaan modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya CT Scan tidak dibutuhkan lagi karena gambaran pada foto tulang konvensional menggambarkan kebanyakan lesi yang CT scan dapat deteksi.


3.       MRI
MRI potensial digunakan pada multiple mieloma karena modalitas ini baik untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit mieloma berupa suatu intensitas bulat, sinyal rendah yang fokus di gambaran T1, yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2.
Namun, hampir setiap tumor muskuloskeletal memiliki intensitas dan pola menyerupai mieloma. MRI meskipun sensitif terhadap adanya penyakit namun tidak spesifik. Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis multiple mieloma seperti pengukuran nilai gamma globulin dan aspirasi langsung sumsum tulang untuk menilai plasmasitosis. Pada pasien dengan lesi ekstraosseus, MRI dapat berguna untuk menentukan tingkat keterlibatan dan untuk mengevaluasi kompresi tulang.

3.       Radiologi Nuklir
Mieloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas pada osteoklas. Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastik (formasi tulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin. Tingkat false negatif skintigrafi tulang untuk mendiagnosis multiple mieloma tinggi. Scan dapat positif pada radiograf normal, membutuhkan pemeriksaan lain untuk konfirmasi.
1.            Angiografi
Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer dari peningkatan vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak digunakan untuk mendiagnosis multipel mieloma.
1.1.7.        Komplikasi
1.      nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)
2.      pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah.
3.      Anemia
4.      Infeksi bakteri berulang
5.      Gagal ginjal

1.1.8.      PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.              Riwayat kesehatan
·         Riwayat penyakit yang sama pada eluarga
·         Riwayat penyakit berat selama 2 tahun
·         Riwayat peerjaan seperti di industri kimia
·         Riwayat terpapar radiasi
2.         Pemeriksaan fisik
·         Pucat, konjungtiva anemis
·         Kelemahan
·         Cepat lelah
·         Nyeri tulang
·         Tendernes pada abdomen
·         Adanya perdarahan, pada hidung, kulit
·         Pengihatan kabur
·         Kurus, berat badan menurun
3.         Test diagnostik
·         Penurunan hb, Trombosit, leukosit dan eritrosit
·         Hasil rontgen foto, MRI, CT scan terdapat lesi tulang
·         Pemeriksaan urin ada para protein
1.1.6.    DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan tulang sekunder infiltrasi sel-sel plasma, ditandai :
o   Pasien mengatakan neri pada tulang
o   Ekspresi wajah nampak kesakitan
o   Pasien terlihat gelisah
o   Skala nyeri
o   Asien tidak kooperatif
o   Adanya erusakan tulang dari hasil rongen tulang
o   Hasil biopsi sumsum tulang
Rencan atindakan
Rasional
1.       Kaji tingkat nyeri
2.       Atur posisi pasien senyaman mungkin
3.       Berikan analgesic sesuai program
4.       Kolaborasi dengan fisiotrafi untuk aktifatas dan pergerakan
5.       Kolaborasi dengan tim medis dalam pemasangan body jaket

1.       Untuk mennentukan intervensi lebih lanjut
2.       Posisi pasien dapat mengurangi rasa nyeri
3.       Mengurangi rasa nyeri
4.       Memberikan latihan pergerakan dan aktifitas yang sesuai dengan keadaan pasien
5.       Pergerakan pada tulang belakang pada kerusakan tulang belakang dapat menekan saraf yang dapat menimbulkan rasa nyeri
2.       Resiko terjadi injuri berhubungan dengan osteoporosis, hiperkalsemia, ditandai :
o   Adanya kerusakan tulang
o   Adanya hiperkalsemia
Rencana tindakan
 Rasional
1.       Monitor tanda-tanda hiperkalsimia:  penurunan kesadaran,mual muntah, konstifasi tiap hari.
2.       Monitor intek outfut dan cairan
3.       Berikan cairan yang adekuat 2,5 sampai 3 liter / hari
4.       Kaji adanya nyeri atau kram abdomen, ileus paralitik.
5.       Monitor intake makanan
6.       Kolaborasi dengan tim medic dalm :
·         pemberian obat antiemetick
·         Pemberian lasik/steroid.
·         Deteksi dini adnya hiperkalsemia.

·         Kondisi hiperkalsemia membutuhkan cukup cairan untuk mengurangi terjadinya batu perkemihan
·         Mencegah terjadinya batu perkemihan
·         Kram abdomen dan ileus paralitik terjadi akibatberkurangnya alkasium dalam jaringan
·         Mual muntah dapat terjadi akibat hiperuremia sekunder gagal ginjal.
·         Mengurangi mual dan muntah
·         Meningkatkan sekresi kalsium dan menurunkan kehilangan kalsium dalam jaringan.
3.       Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, ditandai :
·         Berat badan menurun
·         Ada tanda-tanda anemia
·         Intae maknan adekuat
·         Adanya mual dan muntah
·         Klien nampak kurus
·         Hb darah urang dari normal
·         Tonus otot, lingkar lengan Atas kurang dari normal
Rencana tindakan
Rasional
1.       Kaji status nutrisi pasien
2.       Terangkan penyebab mual muntah pada pasien.
3.       Hindari makanan yang dapat menambah mual seperti makanan yang berminyak, tinggi lemak.
4.       Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
5.       Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
6.       Sajikan makanan dalam keadaan hangat
7.       Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
8.       Timbang berat badan setiap 3 hari
9.       Auskultasi bising usus dan kaji adanya konstipasi dan diare
10.   Anjurkan pasien untuk minum cukup 2500-3000cc jika tidak ada kontra indikasi.
11.   Monitor hasil laboratorium, BUN, glukosa, elektrolit, serum, albumin.
12.   Kolaborasi dengan tim gizi untuk menentukan diet yang tepat.
13.   Kolaborasi dengan medis dalam pemberian antiemetic dan vitamin unn meningkatkan nafsu makan.
·         Informasi dasar status gizi
·         Pasien lebih kooperatif dalam perawatan
·         Mengurangi mual dan meningkatkan intake makanan.
·         Pemenuhan kebutuhan nutrisi, proliperasi sel [lasma
·         Meningkatkan nafsu makan pasien.
·         Meningkatkan nafsu makan pasien.
·         Meningkatkan intake makanan dan mengurangi mual.
·         Berat badqan indikasi perubahan kebutuhan nutrisi
·         Mengetahiui adanya peristaltic dan adekuatnya pencernaan
·         Pemenuhan kebutuhan cairan dan mengurangui konstipasi
·         Data indikasi status nutrisi
·         Menentukan diet yang tepat
·         Mengurangi rasa mual dan meningkatkan nafsu makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar