Haldien Arundyna

dan aku mulai bertanya dalam hati ku sendiri sudahkah dia tidak mencintai aku

Rabu, 15 Juni 2011

kangker kolorektal


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan kekuatan dariNya kami dapat menyelesaikan tugas. Keperawatan Sistem Pencernaan II tentang ”Kangker Kolorektal”.
Syalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan Islam hingga tetes darah penghabisan, yang mengantar kita ke dalam agama yang hakiki.
Semoga dengan adanya tugas yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bisa  di jadikan sebagai sarana dalam melakukan proses pembelajaran.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing kami atas segala bimbingannya.
Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada sesuatu yang tak sempurna, begitu pula dengan hasil kerja kami, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kelancaran tugas berikutnya.



Mataram, 09 Desember 2010

                                                                                                Penulis














1.LAPORAN PENDAHULUAN

A.    DEFINISI KANGKER KOLOREKTAL

      Kanker kolorektal atau kolon adalah kanker yang terbentuk di rektal, kolon, dan appendix.
Tumor adalah  suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas  (FKUI, 2008 : 268). Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177). Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72).    Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805). Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

B.     ETIOLOGI
Terdapat  empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu :

1.      Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2.      Kelainan kolon : Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
Kondisi ulserative Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma kolon.
3.      Genetik Anak yang berasal dari orangtua yang  menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak  yang orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).

C.    GEJALA

         Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis).

A.    Gejala lokalnya adalah :
a.      Perubahan kebiasaan buang air.
b.      Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare).
c.       Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses).
d.      Keduanya adalah ciri khas dari kanker kolorektal
e.       Perubahan wujud fisik kotoran/feses.
f.       Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat
buang air besar.           
g.      Feses bercampur lendir Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan di saluran pencernaan bagian atas.
h.      Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor.
i.        Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita
Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan, dll).



Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya.


B.     Gejala umumnya adalah :
a.      Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di semua jenis keganasan).
b.      Hilangnya nafsu makan
c.       Anemia, pasien tampak pucat
d.      Sering merasa lelah
e.       Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang

C.  Gejala penyebarannya adalah :
Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala :
a.      Penderita tampak kuning.
b.      Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati.
c.       Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter
Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan peningkatan kekentalan darah akibat penyebaran kanker.

Stadium Kanker Kolon Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM, klasifikasi Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut (mirip dengan klasifikasi Dukes) :
a.       Stadium   1: Kanker terjadi di dalam dinding kolon.
b.      Stadium   2: Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon.
c.       Stadium   3: Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa.
d.      Stadium   4: Kanker telah menyebar ke organ-organ lain.

D.    PATOFISIOLOGI

       Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya.

Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).

1.      Patologi Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip  jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati). Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1.      Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
2.      Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3.      Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal.
4.      Penyebaran secara transperitoneal.
5.      Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).



















        PATHWAY PADA PENYAKIT KANGKER KOLOREKTAL
Diet                                                                                 Kelainn kolon                                                           Genetik
                                 
 Polip (sel yang tumbuh sangat cepat)
    Adenoma
            Kangker kolorektal                     

Kelainan jaringan                                               Fungsi hati terganggu                                                     Inflamasi akut
Parenkim hati                                                                                                                                                 Nyeri                                                                                                                
   Kronis           gangguan metabolisme Gangguan metabol   gangguan metabol vit  gangguan metabol Fe gangguan pembentukan
                                Billirubin                    protein                                                                                  empedu
Hipertensi portal                                                                    sintesis vit melalui     gangguan as. folat
                              Billirubin tak      Asam amino relatif               menurun                                                  lemak tidak bisa di
    Asites                terkonjugasi                                                                                                               emulsi & di serap o/ usus
                                     Fases pucat   Gangguan sintesis   penurunan produksi                                       besar
Ekspansi paru               ikterik                 vitamin K                   eritrosit
Terganggu                                     urin gelap                                                            gangguan nutrisi                         penurunan prastaltik
                                                  Faktor pembekuan darah          anemia
Pola nafas        penurunan fungsi                                                                                                           diare
tidahk efektif             tubuh                                                                    kelemahan              
                                                                                                                                        keb volume cairan kurang  dari
Cemas         penumpukan garam                                   intoleransi aktifitas                                  kebutuhan
     Empedu di bawah
                kulit

                   pruritas
       resti kerusakan integritas














E.     MANIFESTASI KLINIS

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.

1.      Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
2.      Kanker kolon kiri, dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Endoskopi : pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
2.      Radiologis : Pemeriksan radiologis   yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.
3.      Ultrasonografi (USG)  : Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
4.      Histopatologi : Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
5.      Laboratorium : Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).

G.    PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila sudah pasti karsinima kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut :
1.      Pembedahan (Operasi) Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yan mengelilingi sekitar kanker.
2.      Penyinaran (Radioterapi)Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3.      Kemotherapy  Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211).

H.    PENATALAKSANAAN MEDIS

      Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terpai komponen darah dapat diberikan.Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif. Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:
·         Kelas A – Tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosab.
·         Kelas B – Penetrasi melalui dinding ususc.
·         Kelas C – Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regionald.
·         Kelas D – Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas

      Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi atau imunoterapi.Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C adalah program 5-FU/ Levamesole. Pasien dengan kanker rektal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan, dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak dioperasi atau tidak dapat disekresi, radiasi digunakan untuk menghilangkan gejala secara bermakna. Alat radiasi intrakavitas yang dapat diimplantasikan dapat digunakan.Data paling baru menunjukkan adanya pelambatan periode kekambuhan tumor dan peningkatan waktu bertahan hidup untuk pasien yang mendapat beberapa bentuk terapi ajufan.

I.       KOMPLIKASI

      Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.







KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PROSES KEPERAWATAN PASIEN KANKER KOLON

1.      PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan   secara  menyeluruh   (Boedihartono,    1994  : 10). Pengkajian  pasien Post Operatif  Ca Colon (Doenges, 1999) adalah meliputi :

1.      Sirkulasi Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2.      Integritas Ego Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3.      Makanan / cairanGejala : Insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4.      Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5.      KeamananGejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi  sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker /terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
Penyuluhan / PembelajaranGejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan  ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pascaoperasi).

            Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah; adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengang makan atau defekasi); pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus. Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah penting.Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.

2.      DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Post operatif  kanker kolon (Wilkinson, 2006 : 621) meliputi
1.      Pola nafas, tidak efektif berhubungan dengan imobilitas, dan kondisi pascaanastesi.
2.      Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya penggunaan obat-obat farmasi, hipoksia; lingkungan terapeutik yang terbatas misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.
3.      Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan pembatasan pemasukkan cairan tubuh secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal, pengeluaran integritas pembuluh darah.
4.      Nyeri  berhubungan dengan insisi pembedahan,  trauma muskuloskletal, kehancuran yang terus-menerus (misalnya, lokalisasi).
5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.
6.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
7.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
8.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.
9.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
10.  Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti,  krisis situasi atau krisis maturasi.

3.      PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
1.      Pola nafas, tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak member ventilasi yang adekuat.
-        Tujuan :  menetapkan pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
-        Kriteria hasil : Tidak ada perubahan pada frekuensi dan kedalaman pernapasan.
-        Intervensi :
a.      Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral.
R : Mencegah obstruksi jalan napas.
b.      Auskultasi suara napas.
R : Indikasi adanya obstruksi oleh mukus atau lidah dan dapat dibenahi dengan mengubah posisi ataupun pengisapan.
c.       Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu pernapasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernapasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran udara.
R  : Dilakukan untuk memastikan efektivitas pernapasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segerra dilakukan.
d.      Letakkan pasien pada posisi yang sesuai.
R : Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aaspirasi dari muntah, posisi yang benar  tergantung pada kekuatan pernapasan dan jenis pembedahan.
e.       Lakukan latihan gerak sesegera mungkin pada pasien yang reaktif dan lanjutkan pada periode pascaoperasi.
R :Ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus, mengeluarkan sekresi, meningkatkan pengangkutan oksigen, membuang gas anastesi ; batuk membantu mengeluarkan sekresi dari sistem pernapasan.
f.        Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan.
R : Obstruksi jalan napas dapat terjadi karena adanya darah atau mukus dalam tenggorok atau trakhea.
g.      Kolaborasi, pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
R :Dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen yang akan diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas anastesi dan mendorong pengeluaran gas terssebut melalui zat-zat inhalas

2.      Perubahan proses pikir adalah suatu kondisi gangguan aktivitas dan kerja kognitif (misalnya, pikiran sadar, orientasi realita, pemecahan masalah, dan penilaian) yang terjadi pada individu.
-        Tujuan : meningkatkan tingkat kesadaran.
-        Kriteria hasil : pasien mampu mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan sesuai kebutuhan.
-        Intervensi :
a.      Orientasikan kembali pasien secara terus menerus setelah keluar dari pengaruh anastesi ; nyatakan bahwa operasi telah selesai dilakukan.
R : Karena pasien telah meningkat kesadarannya, maka dukungan dan jaminan akan membantu menghilangkan ansietas.
b.      Bicara pada pasien dengan suara yang jelaas dan normal tanpa membentak, sadar penuh akan apa yang diucapkan.
R : Tidak dapat ditentukan kapan pasien akan sadar penuh, namun sensori pendengaran merupakan kemampuan yang pertama kali akan pulih.
c.       Evaluasi sensasi/pergerakkan ekstremitas dan batang tenggorok yang sesuai.
d.      R : Pengembalian fungsi setelah dilakukan blok saraf spinal atau lokal yang bergantung pada jenis atau jumlah obat yang digunakan dan lamanya prosedur dilakukan.
e.       Gunakan bantalan pada tepi tempat tidur, lakukan pengikatan jika diperlukan.
R :Berikan keamanan bagi pasien selama tahap darurat, mencegah terjadinya cedera pada kepala dan ekstremitas bila pasien melakukan perlawanan selama masa disorientasi.
f.       Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman.
R :Pada pasien yang mengalami disorientasi, mungkin akan terjadi bendungan pada aliran infus dan sistem pengeluaran lainnya, terlepas, atau tertekuk.
g.      Periksa aliran infus, selang endotrakeal, kateter, bila dipasang dan pastikan kepatenannya.
R :Stimulus eksternal mungkin menyebabkan abrasi psikis ketika terjadi disosiasi obat-obatan anastesi yang telah diberikan.

3.      Kekurangan volume cairan, resiko tinggi adalah suatu kondisi individu yang berisiko mengalami dehidrasi vascular, selular, atau intraselular.
-        Tujuan : keseimbangan cairan tubuh adekuat.
-        Kriteria hasil : tidak ada ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas denyut nadi baik, turgor kulit normal.
-        Intervensi :
a.      Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran.
R: Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi membran mukosa lembab dan pengeluaran urine yang sesuai).
b.      Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.
R : Mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelaha prosedur pada sistem genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius.
c.       Pantau tanda-tanda vital.
R: Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan kekurangan cairan.
d.      Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernapasan dan jenis pembedahan.
R :Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aaspirasi dari muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.
e.       Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
R : Kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.
f.       Kolaborasi, berikan cairan parenteral, produksi darah dan atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperluakan.
R : Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggangtian volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misalnya ketidak seimbangan.

4.        Nyeri  adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
-        Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
-        Kriteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan yang berarti sesuai toleransi.
-        Intervensi :
a.       Evaluasi rasa sakit seccara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensiitas (0-10).
R : Sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi.
b.      Catat munculnya rasa cemas/takut dan hubungkan dengan lingkungan dan persiapan untuk prosedur.
R : Perhatikan hal-hal yang tidak diketahui dan/atau persiapan inadekuat (misalnya apendikstomi darurat) dapat memperburuk persepsi pasien akan rasa sakit.
c.       Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.
R  :Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
d.      Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
R : Pahami penyebab ketidaknyamanan, sediakan jaminan emosional.
e.       Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi – Fowler ; miring.-Observasi efek analgetik.
R : Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi – Fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot pungguung artritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.

5.      Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
-        Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
-        Kriteria hasil: -perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.-pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
-        Intervensi :
a.      Rencanakan periode istirahat yang cukup.
R :Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
b.      Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
R :Tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini
c.       Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
R :Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembal.
d.      Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
R :Menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan. 



6.      Hambatan  mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
-        Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
-        Kriteria hasil :
·         penampilan yang seimbang.
·         melakukan pergerakkan dan perpindahan.mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu.
a.       Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
R: Mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
b.      Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
R :Mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
c.       Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R :Menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
d.      Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R:Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e.       Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
f.       R : Sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas.
7.      Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan.
-        Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
-        Kriteria Hasil :
·         tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
·         luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
·         Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
-        Intervensi :
a.       Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
R :Mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
b.      Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
R :Mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
c.       Pantau peningkatan suhu tubuh.
R : Suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai  adanya proses peradangan.
8.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
-        Tujuan : klien mampu mempertahankan dan meningkatkan  intake nutrisi.
-        Kriteria hasil :
·         klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
·         Klien mengerti dan mengikuti anjuran diet.
-        Intervensi :
a.       Kaji sejauh mana ketidaka dekuatan nutrisi klien.
R : Menganalisa penyebab melaksanakan intervensi
b.       Perkirakan/hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal.
R: Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
c.       Tidak ada mual/muntah.
R :Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
d.      Konsultasi tentang kesukaan/ketidaksukaan klien yang menyebabkan distress.
R : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
e.       Kolaborasi ahli gizi pemberian  makanan yang bervariasi.
R :Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
f.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen dan obat-obatan, serta kebutuhan nutrisi parenteral dan pemasang pipa lambung.
R :menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.
9.      Konstipasi adalah suatu penurunan frekuensi defekasi yang normal pada seseorang, disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang sangat keras dan kering.
-        Tujuan : pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; feses lembut dan berbentuk.
-        Kriteria hasil :
·         klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang dibutuhkan.
·         Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan.
-        Intervensi :
a.       Kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan nyeri terkan abdomen.
R :Penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana selanjutnya.
b.      Pantau tanda gejala rupture usus dan/atau peritonitis.
R :Keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan peristaltic usus, yang dapat menyebakan konstipasi.
c.       Kaji factor penyebab konstipasi.
R :Mengetahui dengan jelas factor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang tepat.
d.      Ajarkan klien dalam bantuan eleminasi defekasi.
R :Akan meningkatkan pola defekasi yang optimal.
e.       Anjurkan klien untuk menghindari mengejan selama defekasi.
R :Mencegah terjadi perubahan tanda vital, sakit kepala atau perdarahan.
f.       Konsultasikan pada ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet.
R :Pada keadaan kekurangan serat dan cairan.
g.      Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan bantuan eleminasi, seperti : diet, pelembut feses, enema dan laksatif.
R :Merupakan tindakan dependent perawat dalam memberikan bantuan defekasi kepada klien.

10.  Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread.
-        Tujuan:ansietas berkurang/terkontrol.
-        Kriteria hasil:
·         klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
·         klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
·         tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
a.       Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
R : Memudahkan intervensi.
b.      Kaji mekanisme koping
R: Mempertahanakan yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh  individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman.
c.       Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
R: Pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
d.      Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
e.       Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.
R: Menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
f.       Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
R: Menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
g.      Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.-Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
R: Meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.


4.      EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien  post  Operatif kanker kolon meliputi :

1.      Menetapkan  pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
2.      Meningkatkan  tingkat kesadaran.
3.      Keseimbangan  cairan tubuh adekuat.
4.      Pasien  mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
5.      Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
6.      Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
7.      Mencapai  penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
8.      Klien  mampu mempertahankan dan meningkatkan  intake nutrisi.
9.      Pola  eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; feses lembut  dan berbentuk.
10.  Ansietas  berkurang/terkontrol.
















         laporan kasus (PROSES KEPERAWATAN)
Ny  “N” berumur 60 tahun seorang Ibu rumah tangga, berasal dari suku sunda, agama Islam, klien datang ke rumah sakit dan di rawat pada tanggal ke rumah sakit dan di rawat pada tanggal 20 Mei samapai 5 Juni 2002. Klien mengeluh haus tapi tidak mau minum takut perutnya bertambah besar. Tekanan Darah 120/80 mmHg, RR 24 x/m, S 36 C, mukosa kering, pengambilan kapiler lambat, klien gelisah da urin pekatdan sedikit 150 cc/6 jam dan abnomen asites serta lingkar perut 96 cm, konjungtiva dan membran mukosa pucat, pengambilan masa otot subkutan, LLA = 22 cm, ALB = 3,8 (-) 10 inci, HB 9,6 g/dl. 28 mei 2002 pada saat pembedahan 2002 di temukan TD 120/70 mmhg, asites 8500 cc, perdarahan 400 ml, urin 50 ml, fres forezen plasma 300 cc.


Nama Perawat             :
N I M                          : -
Ruang                          :  -
Pengkajian diambil tanggal     :  20 Mei 2002. Jam  09.00 WIB

1.         IDENTITAS PASIEN


Nama                       :  NY “N”
Umur                       :  60  Tahun
Jenis Kelamin          : Perempuan
TB dan BB              : 145 dan 15 kg
Suku/Bangsa           :  Sunda (Indonesia)
Agama                     : Islam
Status Marietal        : -
Pekerjaan     : -
Pendidikan  : -
Bahasa yang digunakan      : Indonesia
Alamat                    : -
Kiriman dari           : -
Tanggal MRS          :   20 Mei 2002 , Jam 09.00 WIB.
Cara Masuk : -
Diagnosa Medis :  Kangker Koloraktal







2.         RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1)        Riwayat Penyakit Dahulu
2)        Riwayat Penyakit Sekarang
a.      Terdapat asites pada daerah abdomen dan di sertai nyeri .             
3)        Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram (-)
4)        Keadaan Kesehatan Lingkungan
5)        Riwayat Kesehatan Lainnya
     Alat bantu yang dipakai : -

3.         OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1)        Keadaan Umum :  Sadar
2)        Tanda-tanda vital
Suhu                     :  36 C 0C
Nad                      :  100 x/menit.
Tekanan darah      :  120/80 mmHg.
Respirasi               :   24 x/menit
3)        Body Systems
(1)      Pernafasan (B 1 : Breathing)
a.         Inspeksi :  cyanosis (+), mukosa kering
(2)      Cardiovascular (B 2 : Blood )
a.         Palpasi adanya takikardia
(3)      Persyarafan (B 3 : Brain)
a.       Inspeksi :
-        Kesadaran : sadar
-        Incomposmentis : gelisah, apatis
-        Kepala dan wajah : konjungtiva dan membran mukosa pucat.
(4)      Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
a.         Produksi urin : 150 cc, frekuensi : 4x/ hari.
b.         Warna            : urin pekat (gelap) dan sedikit, bau : khas.
(5)      Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
a.         Reflek muntah dan mukosa kering.
b.         Anoreksia.
(6)      Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
a.         Pengambilan masa otot subkutan.
(7)      Sistem Endokrin
a.         Keringat berlebihan.

4.         AKTIVITAS SEHARI-HARI

(1)      Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehat

(2)      Pola Nutrisi dan Metabolisme : Anoreksia dan tidak bisa makan banyak

(3)      Pola Eliminasi : Sedikit.

(4)      Pola tidur dan Istirahat

(5)      Pola Aktivitas dan latihan : Fatiqu

(6)      Pola Hubungan dan Peran

(7)      Pola Sensori dan Kognitif: Sadar.

(8)      Pola Persepsi Dan Konsep Diri

(9)      Pola Seksual dan Reproduksi

(10)  Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping : Gelisah.

(11)  Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

-        Personal Higiene
-        Ketergantungan
-        Aspek Psikologis
-        Aspek Sosial/Interaksi
-        Aspek Spiritual

5.         DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratoriun

Rontgen

TERAPI :-

6.         PENATALAKSANaan
(-)



ANALISA DATA

NO
SYMTOM
ETIOLOGI
MASALAH
1.
S :
a.      Pasien merasa haus tapi tidak mau minum takutperutnya bertambah besar.
b.      Pasien merasa gelisah.

O:
c.       Abdomen  asites danlingkar perut 96 cm.
d.      Keringat berlebihan.
e.       RR : 24x/m.
f.       Sianosis
g.      S: 36 C
h.      N : 100x/m
Polip

Adenoma

Kangker kolorektal

Kelainan jaringan perenkim hati

Kronis

Asites

Ekspansi paru terganggu

Pola nafas idak efektif


 

Kecemasan


·         Pola nafas tidak efektif .
·         Kecemasan klien.












NO
SYMTOM
ETIOLOGI
MASALAH
1.
S :
a.      Klien merasa tidak bisa makan banayak.

O:
a.      Mukosa kering
b.      Keringat berlebihan
c.       Masukan cairan 300 cc/6 jam.
d.      Output 300 cc/6 jam
e.       Urin gelap.
f.       Reflek muntah
g.      TB, BB : 145 cm, 15 kg.
h.      LLA : 22 cm
ALB : 3,8 (-) 10 inci.
i.        Penurunan berat badan.

              Fungsi hati terganggu

Gangguan                gangguan pem-
Metabolisme          bentukan empedu
Bilirubin           
                              Lemak tdk dpt di-         
Bilirubin tak          emulsikan dan tdk
Terkonjugasi         dpt di serap o/usus







 

Urin gelap                 pe   peristaltik
                                     
gangguan
  nutrisi                         Diare
                               

                       Gangguan keb cairan


·         Gamgguan nutrisi kurang    dari kebutuhan.
·         Kekurangan volume cairan.






NO
SYMTOM
ETIOLOGI
MASALAH
1.
S : -

O:
a.       Konjungtiva pucat.
b.      Hb : 9,6 g/dl
c.       Keringan berlebihan

Fungsi hati terganggu

Gangguan metebolosme vitamin

Sintesis vit A,B compleks B12 melelui hati menurun

Pe    produksi eritrosit

Anemia

Kelemahan

Intoleransi aktifitas



·         Intoleransi aktifitas.











DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Pola nafas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat asites, disensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
2.      Perubahan status nutrisi , kurang dari kebutuahan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointenstinal yaitu mual.
3.      Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan pembatasan pemasukkan cairan tubuh secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal, pengeluaran integritas pembuluh darah.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.








RENCANA tindakan keperawatan
Tanggal :  20 Mei 2002

1.      Diagnosa Keperawatan           : Pola nafas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat asites, disensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
-        Tujuan :  menetapkan pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
-        Kriteria hasil : tidak ada perubahan pada frekuensi dan kedalaman pernapasan.

RENCANA tindakan
rasional
a.      Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral.

b.      Auskultasi suara napas.



c.       Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu pernapasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernapasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran udara.
d.      Letakkan pasien pada posisi yang sesuai.




e.       Lakukan latihan gerak sesegera mungkin pada pasien yang reaktif dan lanjutkan pada periode pascaoperasi.




f.        Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan.


g.      Kolaborasi, pemberian oksigen sesuai kebutuhan.

R : mencegah obstruksi jalan napas.



R : Indikasi adanya obstruksi oleh mukus atau lidah dan dapat dibenahi dengan mengubah posisi ataupun pengisapan.

R: Dilakukan untuk memastikan efektivitas pernapasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segerra dilakukan.

R : Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aaspirasi dari muntah, posisi yang benar  tergantung pada kekuatan pernapasan dan jenis pembedahan.

R :ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus, mengeluarkan sekresi, meningkatkan pengangkutan oksigen, membuang gas anastesi ; batuk membantu mengeluarkan sekresi dari sistem pernapasan.


R :obstruksi jalan napas dapat terjadi karena adanya darah atau mukus dalam tenggorok atau trakhea.

R :dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen yang akan diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas anastesi dan mendorong pengeluaran gas terssebut melalui zat-zat inhalas.




2.      Diagnosa Keperawatan           : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
-        Tujuan : klien mampu mempertahankan dan meningkatkan  intake nutrisi.
-        Kriteria hasil :
·         klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
·         Klien mengerti dan mengikuti anjuran diet.






RENCANA tindakan
rasional
a.       Kaji sejauh mana ketidaka dekuatan nutrisi klien.

b.      Perkirakan/hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal.


c.       Tidak ada mual/muntah.

d.      Konsultasi tentang kesukaan/ketidaksukaan klien yang menyebabkan distress.


e.       Kolaborasi ahli gizi pemberian  makanan yang bervariasi.

f.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen dan obat-obatan, serta kebutuhan nutrisi parenteral dan pemasang pipa lambung.

R : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi

R:Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.

R :Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.

R : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.


R :Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

R :menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.





3.      Kekurangan volume cairan, resiko tinggi adalah suatu kondisi individu yang berisiko mengalami dehidrasi vascular, selular, atau intraselular.
-        Tujuan : keseimbangan cairan tubuh adekuat.
-        Kriteria hasil : tidak ada ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas denyut nadi baik, turgor kulit normal.

RENCANA tindakan
rasional
a.      Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran.




b.      Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.


c.       Pantau tanda-tanda vital.


d.      Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernapasan dan jenis pembedahan.


e.       Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.



f.       Kolaborasi, berikan cairan parenteral, produksi darah dan atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperluakan.

R:dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi membran mukosa lembab dan pengeluaran urine yang sesuai).

R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelaha prosedur pada sistem genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius.

R: hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan kekurangan cairan.



R :elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aaspirasi dari muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.



R : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.

R : gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggangtian volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misalnya ketidak seimbangan.



4.      Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
-        Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
-        Kriteria hasil: -perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.-pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

RENCANA tindakan
rasional
a.      Rencanakan periode istirahat yang cukup.


b.      Berikan latihan aktivitas secara bertahap.



c.       Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

d.      Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.


R :mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
R:tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini


R: mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembal.

R:menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan. 




DAFTAR PUSTAKA

·         Bruuner dan Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Volume 2. Buku Kedokteran EGC.
·         Bickley, Lynn S. 2008. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan –Edisi 5-. Jakarta. EGC.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar